Rabu, 29 September 2021

surat terbuka perihal kepemilikan

cukup lama rupanya tidak menuliskan bait bait aksara tentangmu.

ternyata aku cukup sibuk, menanggapi seluruh isi kepala yang mengacau,

aku kalut, binggung, mana yang harus aku tuliskan,

beberapa bait kebohongan, atau hanya retrorika rasa semata.

aku sedang tidak ingin beradu pandang dengan aksara,

aku sedang lelah mengharap pada semesta.

bisakah kau ketuk dengan perlahan?

atau ingin berlari sekencang-kencangnya?

aku tidak bisa jika hanya menerkanya sendirian

kau lupa? aku bukan Tuhan yang bisa memahami kamu sepenuhnya.

jika dengan mencintaimu penuh tulus tak cukup,

maka benar sebuah ketulusan itu menyedihkan

aku bertanya pada purnama,

apakah rasa kepemilikan dan kehilangan itu datang satu paket?

kemudian tersadar,

bukankah semua memang diciptakan berpasangan?

pergi dan datang misalnya,

kau sudah tau sesuatu yang datang pasti akan pergi pada waktunya.

lantas, mengapa masih mengharap dia kembali?

bahkan dia hadir hanya singgah bukan memiliki.

dan kau bukan satu-satunya kepemilikan rasa.

sudah i saja rindumu, habisi sudah rasamu.

nyatanya semua ini hanya antipati.

;

Perempuan itu duduk bersandar disudut ruangan sendirian,
Pandangannya kosong seakan banyak pertanyaan.
Diluar, hujan sibuk membasahi jalanan.
Kopinya disesap penuh harapan.
Rambutnya sebahu, matanya sembab tak karuan.
Tak dipungkiri senyumnya rupawan.

Sambil sesekali menghisap rokoknya,
Bibirnya bergumam 'kenapasi Tuhan'
Kursinya berdecit, ia bangkit.
Tapi, dibiarkan diatas meja seluruh barangnya.
Kembali dengan wajah sedikit basah, sepertinya ia membasuh seisi kepala.
dua puluh menit sibuk memperhatikanya, apa yang sedang dia perbuat.

Tak henti hentinya dia memikat, 
Pada akhirnya selembar kertas, dengan coretan raut mukanya sudah mapan.
Tak sadar diri, wanita yang kuperhatikan berhasil kulukis dalam dua puluh menit
kerasukan setan apa aku ini.

sebelum beranjak meninggalkan meja, kusempatkan menghampirinya
'maaf lancang kugambar wajahmu dengan penaku diatas selembar kertas, maaf'
wajahnya nampak terkejut kemudia ditarik seutas senyuman
'indah, terimakasih.'
kemudian kumengangguk
ditawarkan nya untuk bersandar sebentar, aku tak menolak. 
ada beberapa bekas sayatan ditangan kirinya, itu nampak terlihat jelas, matanya sudah sangat sendu.

"well, how's life?" ucapnya sambil menghela nafas

dia sibuk memperhatikan simbol semicolon dibawah telingaku, tak mendengar dengan seksama apa yang ucapkan

"berat ya hidup?gapapa namanya juga idup, kalo enteng permen kapas namanya"

kemudian kita berdua tertawa kecil.
hujan diluar jendela sudah mereda, aku harus segera pergi gumamku dalam hati.
kulihat dia sibuk berkemas

"ingin pergi?" tanyaku

"iya hujannya sudah reda, aku harus segera melihat semesta setelah hujan haha, terimakasih atas mahakarya tangan ajaib nya ya."

"boleh kuantar?" tanyaku kesekian kalinya

"tidak usah repot repot, aku yakin semesta akan mempertemukan kita lagi, ntah dalam waktu dekat atau waktu yang panjang."

kemudian kita berdua tersenyum penuh sipu, yang ku ingat kalimatnya sebelum pergi

"semangat untuk hidup ya wahai pejuang semicolon, percayalah hidupmu seberguna itu, semesta menyayangimu, jangan pergi dulu sebelum kita bertemu lagi."

makna ucapannya sangat dalam, dan secara tidak sadar dia yang selalu menyakiti dirinya sendiri, dia adalah alasan orang lain bertahan hidup.

Rabu, 08 September 2021

Rosario dan Arah Kiblat

dalam sadarku, aku mengumpat


aku tidak peduli kau menyayangiku atau tidak yang kupedulikan adalah rasaku tetap sama belum berubah sama sekalil. egois memang rupanya aku ini, siapa yang mau wanitanya dibagi dengan lelaki lain? tapi aku sadar kau belum menjadi wanitaku seutuhnya. aku tetap egois.

tak ada yang salah, pun tak ada yang benar. Perihal rasa, perihal cinta.

apa yang kau mau salahkan dari kita? waktu? atau Tuhan?

jika kau pikir, kita berdua sama-sama orang yang tepat namun diwaktu yang salah, isi otakmu yang salah!

tidak ada rasa sayang namun waktunya tidak tepat, Tuhan selalu punya alasan mengapa kau dan aku ditakdirkan bertemu. Jika pada akhirnya tidak bisa bersama, Tuhan tau bahwa aku dan kau sama-sama orang baik yang dipertemukan namun hanya singgah sebentar, tidak butuh waktu lama untuk saling memperbaiki diri. Tuhan baik kan?

"tidak, Tuhan tidak adil, dia membiarkan rasaku padamu bergejolak, sedangkan kau dengan mudahnya meninggalkan. gila kau ini"

kau kira aku ini tidak menyimpan sejuta rasa yang sudah ingin meledak puan? yang benar saja lima tahun aku selalu ada untukmu dan kau selalu ada untuk ku, bagaimana bisa lima tahun bertahan tanpa rasa? 

aku selalu berusaha berkompromi dengan semesta, namun kali ini salah puan, kau datang dengan sebuah cincin melingkar dijarimu. Tunangan katamu.

pilihan yang tepat

tidak ada lagi benteng tinggi yang kokoh yang sulit dirubuhkan, yang disebut agama.

dari awal kita paham perihal konsekuensi puan, pada akhirnya tak mungkin bersatu sebab apa? sebab rosario dan arah kiblat tak mungkin bisa disatukan puan. Mimpi mana lagi yang sedang kita andai-andaikan? bangun! ayo bangun, kita tak akan pernah jadi satu pada akhirnya puan. 

sudahi saja,

sudahi saja soal rasa yang kau pendam lima tahun lamanya

sudahi saja puisi-puisi yang kutuliskan tanpa sisa

sudahi saja aksara aksara tanpa klausa

sudahi saja rajutan cerita yang sia sia

sudahi saja pertemuan tanpa makna

sudahi saja.

namun aku tetap memilih puan, aku tetap memilih mencintaimu dalam doaku, perihal aku kau sebut dalam sujudmu disepertiga malam atau tidak, aku tidak peduli.

tapi yang jelas, aku akan tetap mencintaimu, kau tidak bisa merubah itu. 

sudah ya puan, sekali lagi kutegaskan, rosario dan arah kiblat sulit disatukan.

trauma bersambung

hallo nona, apakabar?

begini ya rasanya menjadi aku nona, memendam ribuan aksara dan kau lantarkan begitu saja tanpa sapa.

Nona, aku tidak tahu pasti apa yang sedang kau perbuat denganku, sengaja memainkan rasa yang kulindungi dengan pertahanan begitu tinggi ini atau bagaimana.

Sosok wanita mandiri yang pernah kutemui, tidak pernah ingin kujemput, tidak pernah ingin kubelikan ini itu, sebab katamu ;

"ibuku mengajariku mandiri sedari dulu, aku bekerja mencari uang sendiri mas, untuk siapa? ya untuk aku. Aku ndak suka ah ngerepotin orang lain mas, kasian mas beban mereka sudah banyak kok mau ditambah tambah."

Dimana mana harusnya laki-laki yang mendekatimu akan langsung mundur Nona, tapi kau malah bilang "mas aku ini ndak pantes ya buat siapa-siapa, emang ada ya mas laki-laki mau sama orang yang ndak cantik begini?". ingin rasanya kumaki saja dirimu ini Nona. Lelaki mana nona yang membuatmu menjadi sebegitu traumanya? bajingan sekali.

Nona,

wangimu menusuk rongga hidung dengan sengaja

aksara yang kau lontarkan menancap seisi kepala

kisah yang kita rajut mati begitu saja

seputar kabar ditarik ulur dengan sengsara

Nona, hampir 100 kilometer jarak yang harus ditempuh jika ingin bertemu denganmu. Ketika katamu kau sedang dikotaku, tak banyak pikir kutancap saja gas ku untuk menemuimu. Sadar tidak sadar rupanya aku jatuh cinta. Namun diisi kepala mu semua lelaki sama saja nona. Ciut nyaliku menyampaikan apa yang ada dikepala dan apa yang dirasa, mereka bergulat nona, emosi, rasa dan pola pikir tak hentinya berkecambuk. Ini sulit.

bahkan, saat ini satu satunya cara membayar rindu adalah menulis puisi tentangmu. Tak masalah bagiku, sudah kubiasakan, pada akhirnya nona ini puisi-puisi ini terlantar tak bertuan.

termasuk aku,

tak akan pernah bisa menggenggam erat jemarimu,

biarkan ini bersambung ntah sampai kapan,

Sabtu, 04 September 2021

cerita nona

lagi lagi lagu teddy yang kau dendangkan, ini pukul dua pagi, sudah botol kedua rupanya. Diteguk dalam satu tegukan, tanpa henti. Alkohol itu merasuk diseluruh tubuhmu yang masih berdiri tegap, meskipun aku paham matamu sedang menahan kantuk, benar begitu bukan? 
Percakapan ini semakin tak henti nona, sengaja memang kubiarkan kau bercerita sambil menangis tanpa henti. Ini pukul dua pagi nona, pikiranmu masih kalut, sibuk menata baris demi baris kata.
Nona si perasa, seakan seisi dunia menertawai nya, dan tak ada yang menyayanginya.
entah pikiran bodoh dari mana asalnya.
kau tahu nona, apa yang sangat ku inginkan saat itu.
jika diijinkan,

aku ingin merengkuh tubuhmu

mencium setiap aroma di rambutmu

menggenggam erat jemarimu

meredam isak tangismu

membekaskan ruam merah di lehermu

kau tahu apa yang membuatku mematung?
aku tidak segila itu nona, merengkuh tubuh hangat kekasih temanku sendiri
dua tahun nona kita saling kenal, tidak ada pikiran di otaku ingin melumat sekujur tubuhmu.
Malam itu berbeda nona, percakapan dua pagi membuat kita berdua sadar, sama sama saling menginginkan, tapi tidak untuk dimiliki.

ternyata, aku sedang menahan begitupun kau, perihal menghargai katamu.
dengan beraninya aku nona,
sebelum pergimu
biarkan aku melumat bibirmu tanpa rasa ragu.

Kamis, 02 September 2021

kuperkenalkan.

Wanginya masih sama rupanya. Setiap sudut kota nya pun tidak begitu banyak yang diubah, tetap sama saja, ketika aku lewat memori tentangmu tetap saja menusuk.

lima tahun sudah ya tam, kita memutuskan tidak lagi saling menyapa. Perkenalkan namanya astama, dalam bahasa sansekerta artinya bahagia. Benar rupanya kerut wajahnya tak pernah memperlihatkan dia sedang bersedih. Dia tak suka mendung, tapi dia juga tidak membenci hujan.

'aku tu sebel lho kalo mendung, soale nanti wajahmu ikut muram, aku ndak suka tuan puteri ku muram.'

ucapnya dengan logat medoknya. Astama selalu menjadi sumber bahagia dimana pun dan kapanpun. Ketika aku sedang berada di titik lemahku, melihat matanya saja aku merasa pulang.

Astama tau tidak ya selama dua tahun aku bersamanya aku selalu merasa pulang.

Semua berawal dari pertemuan yang tidak sengaja di kantin kampus. Ku kira pertemuan yang kemudian berlanjut itu hanya ada di telenovela saja, ternyata tidak. Iya, waktu itu aku sedang ingin makan soto disalah satu fakultas yang kebetulan bukan fakultas ku sendiri. Penuh, iya semua tempat penuh hanya ada dua bangku kosong disamping kiri nya persis. Dengan pede nya seorang wanita mungil ini duduk tanpa permisi, sudah duduk baru bilang.

'mas saya duduk sini ya' 

tanpa anggukan tanpa senyuman, bayangkan tidak ramah sekali umat Tuhan satu ini. Untuk selanjutnya tidak perlu kuceritakan bagaimana, singkatnya saja ya, aku dan dia bertemu lagi tanpa sengaja dalam sebuah seminar, aneh memang, yasudah mau bagaimana.

sudah cukup kurasa sedikit memutar arah tentang masa itu.

tam, aku benci setiap pertemuan yang kubuat selalu berujung pada perpisahan. Tam, saat itu jiwaku sepenuhnya berserah, rasa dalam sesak seakan ingin pasrah. Senja mana yang belum selesai kau telaah tam? aku sudah berkali kali bilang, hatiku sudah pernah patah, lantas kau sibuk mencari celah? tam, perasaanmu selalu kau bantah, puisi yang kutulis berujung tanpa arah, aksara-aksara ini seakan enyah. ternyata aku belum siap patah.

setidaknya kau tau cara pamit tam.

kusudahi sampai sini saja ya, besok besok kulanjutkan jika nyaliku cukup kuat.

Rabu, 01 September 2021

sapa

malam ini aku kau buat pusing sejadinya

sudah sepuluh hari tak disapa

kemudian ada satu pesan tak berbaca

begini mungkin isinya

'aku sedang berada di kotamu'

kubaca lagi dengan seksama

mataku yang sedang buram, atau pikiranku kacau tak karuan

memberanikan diri kutemui kau di persimpangan

berjalan gagah dengan sedikit senyuman

serasa hilang ragaku ditangan Tuhan

ternyata sosok ini yang kurindukan

oh lebih tepatnya hadirnya sangat kuharapkan

matanya tajam melemahkan

aromanya menusuk bak ingin kupeluk tanpa kulepaskan

pamit pulang aku kemudian

ku kira itu bukan hanya sebatas pertemuan

tapi ternyata tuan,

ini yang kau sebut perpisahan?

7 hari kematian

1. senin, kami serukan tanda perlawanan penuh antusias 2. selasa, resah suara kami tak pernah dibalas 3. rabu, pelan-pelan hak kami dirampas...