Perempuan itu duduk bersandar disudut ruangan sendirian,
Pandangannya kosong seakan banyak pertanyaan.
Diluar, hujan sibuk membasahi jalanan.
Kopinya disesap penuh harapan.
Rambutnya sebahu, matanya sembab tak karuan.
Tak dipungkiri senyumnya rupawan.
Sambil sesekali menghisap rokoknya,
Bibirnya bergumam 'kenapasi Tuhan'
Kursinya berdecit, ia bangkit.
Tapi, dibiarkan diatas meja seluruh barangnya.
Kembali dengan wajah sedikit basah, sepertinya ia membasuh seisi kepala.
dua puluh menit sibuk memperhatikanya, apa yang sedang dia perbuat.
Tak henti hentinya dia memikat,
Pada akhirnya selembar kertas, dengan coretan raut mukanya sudah mapan.
Tak sadar diri, wanita yang kuperhatikan berhasil kulukis dalam dua puluh menit
kerasukan setan apa aku ini.
sebelum beranjak meninggalkan meja, kusempatkan menghampirinya
'maaf lancang kugambar wajahmu dengan penaku diatas selembar kertas, maaf'
wajahnya nampak terkejut kemudia ditarik seutas senyuman
'indah, terimakasih.'
kemudian kumengangguk
ditawarkan nya untuk bersandar sebentar, aku tak menolak.
ada beberapa bekas sayatan ditangan kirinya, itu nampak terlihat jelas, matanya sudah sangat sendu.
"well, how's life?" ucapnya sambil menghela nafas
dia sibuk memperhatikan simbol semicolon dibawah telingaku, tak mendengar dengan seksama apa yang ucapkan
"berat ya hidup?gapapa namanya juga idup, kalo enteng permen kapas namanya"
kemudian kita berdua tertawa kecil.
hujan diluar jendela sudah mereda, aku harus segera pergi gumamku dalam hati.
kulihat dia sibuk berkemas
"ingin pergi?" tanyaku
"iya hujannya sudah reda, aku harus segera melihat semesta setelah hujan haha, terimakasih atas mahakarya tangan ajaib nya ya."
"boleh kuantar?" tanyaku kesekian kalinya
"tidak usah repot repot, aku yakin semesta akan mempertemukan kita lagi, ntah dalam waktu dekat atau waktu yang panjang."
kemudian kita berdua tersenyum penuh sipu, yang ku ingat kalimatnya sebelum pergi
"semangat untuk hidup ya wahai pejuang semicolon, percayalah hidupmu seberguna itu, semesta menyayangimu, jangan pergi dulu sebelum kita bertemu lagi."
makna ucapannya sangat dalam, dan secara tidak sadar dia yang selalu menyakiti dirinya sendiri, dia adalah alasan orang lain bertahan hidup.