Kamis, 02 September 2021

kuperkenalkan.

Wanginya masih sama rupanya. Setiap sudut kota nya pun tidak begitu banyak yang diubah, tetap sama saja, ketika aku lewat memori tentangmu tetap saja menusuk.

lima tahun sudah ya tam, kita memutuskan tidak lagi saling menyapa. Perkenalkan namanya astama, dalam bahasa sansekerta artinya bahagia. Benar rupanya kerut wajahnya tak pernah memperlihatkan dia sedang bersedih. Dia tak suka mendung, tapi dia juga tidak membenci hujan.

'aku tu sebel lho kalo mendung, soale nanti wajahmu ikut muram, aku ndak suka tuan puteri ku muram.'

ucapnya dengan logat medoknya. Astama selalu menjadi sumber bahagia dimana pun dan kapanpun. Ketika aku sedang berada di titik lemahku, melihat matanya saja aku merasa pulang.

Astama tau tidak ya selama dua tahun aku bersamanya aku selalu merasa pulang.

Semua berawal dari pertemuan yang tidak sengaja di kantin kampus. Ku kira pertemuan yang kemudian berlanjut itu hanya ada di telenovela saja, ternyata tidak. Iya, waktu itu aku sedang ingin makan soto disalah satu fakultas yang kebetulan bukan fakultas ku sendiri. Penuh, iya semua tempat penuh hanya ada dua bangku kosong disamping kiri nya persis. Dengan pede nya seorang wanita mungil ini duduk tanpa permisi, sudah duduk baru bilang.

'mas saya duduk sini ya' 

tanpa anggukan tanpa senyuman, bayangkan tidak ramah sekali umat Tuhan satu ini. Untuk selanjutnya tidak perlu kuceritakan bagaimana, singkatnya saja ya, aku dan dia bertemu lagi tanpa sengaja dalam sebuah seminar, aneh memang, yasudah mau bagaimana.

sudah cukup kurasa sedikit memutar arah tentang masa itu.

tam, aku benci setiap pertemuan yang kubuat selalu berujung pada perpisahan. Tam, saat itu jiwaku sepenuhnya berserah, rasa dalam sesak seakan ingin pasrah. Senja mana yang belum selesai kau telaah tam? aku sudah berkali kali bilang, hatiku sudah pernah patah, lantas kau sibuk mencari celah? tam, perasaanmu selalu kau bantah, puisi yang kutulis berujung tanpa arah, aksara-aksara ini seakan enyah. ternyata aku belum siap patah.

setidaknya kau tau cara pamit tam.

kusudahi sampai sini saja ya, besok besok kulanjutkan jika nyaliku cukup kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

7 hari kematian

1. senin, kami serukan tanda perlawanan penuh antusias 2. selasa, resah suara kami tak pernah dibalas 3. rabu, pelan-pelan hak kami dirampas...