Senin, 30 Agustus 2021

bagaimana tuan?

aku ini sebatas formalitas atau bagaimana?

bisa bisa nya kau lupakan begitu saja?

tak ada lagi ucapan pesan selamat pagi

oh, jangankan selamat pagi

kau saja lupa cara mengucap sapa.

sebentar,

atau jangan - jangan kau juga lupa

terakhir kali kau lumat dengan sengaja

buah bibir yang sedang merapalkan aksara

melepas ruam merah dibawah telinga

sibuk mengumpulkan gairah penuh tawa

napsu semata atau bercampur rasa?

sulit membaca isi pikirmu rupanya

sudah kusiapkan sedari awal, jika pada akhirnya 

aku harus kehilangan

tidak, tidak

bukan kehilangan kau tuan

hanya saja kehilangan sebuah rasa

yang ternyata kau campurkan

dalam setiap lumatan.

menarik caramu tuan.

Jumat, 27 Agustus 2021

jarak

coba tunjukan padaku, makhluk mana di bumi yang percaya dengan jarak?
aku, 
jawabmu lantang.
orang-orang bilang jarak menyeramkan
bagiku menyenangkan
'tidak sabar menanti pertemuan'
ucapmu dalam telfon genggam
ini menyenangkan, aku selalu mencatat apa yang harus ku lakukan jika nanti semesta mengizinkan sebuah pertemuan
'kau tau tidak?tidak ada namanya hubungan dengan jarak selalu berujung gagal, kalau kita gagal, anggap saja itu mimpi ya'
'pada akhirnya aku tetap mencintaimu entah berjarak atau tidak'
semua kata kata yang kau ucap selalu terekam, tidak terkecuali
padahal kau tau,
aku sibuk bergelut dengan isi kepalaku sendiri
siapa yang mengalah terlebih dahulu
rasa rindu, jarak atau kita?

ujung.

bagaimana bisa, aku masi terbangun di jam 3 pagi, sedang membaca dengan seksama isi pesanmu. kumaknai pelan pelan, kubaca setiap jeda nya. terhitung sudah semenjak dua tahun lalu dua bola mata kita saling bertatap tanpa ada sekat. iya sudah dua tahun ya, tidak terasa. jika aku berkata bahwa aku tak pernah merasakan jatuh cinta sedalam ini sebelumnya kesannya omong kosong sekali hahaha. kau ingat tidak? ini menjadi salah satu bagian favoritku ketika denganmu. saat itu pukul empat sore dengan senyuman paling hangat aku sampai di depan rumahmu, dengan dua tangan penuh dengan brulee kesukaanmu, namun yang kulihat justru jemarimu sibuk menggenggam erat jemari wanita cantik itu, katamu 'hanya teman' kupercaya  saja kata kata mu, untuk apa aku menolak toh tidak ada bukti. dua tahun lamanya ya kita sibuk menyulam cerita, ternyata malam ini benar benar membuatku runtuh, kubaca pesanmu :

'aku pikir ini akhir, aku tidak mau bertele tele terlalu panjang, aku merasa kita tidak cocok saja jika diteruskan lagi pula aku menemukan wanita yang sepertinya bisa jauh lebih mengerti, maaf jika pesan ini terlalu membuatmu sakit, salam untuk bunda dan ayahmu, maaf aku harus pamit, semoga bahagia selalu'

tertawa kecil aku membaca pesanmu, bencinya, air mataku menetes, tak ku minta.

hahaha dua tahun tuan, kita belum pernah memulai apapun, kau belum pernah meminta untuk memulai sudah kau akhiri saja tuan, bajingan macam apa tuan satu ini. tidak, tidak. aku tidak marah sama sekali hanya terkejut saja, belum memulai sudah diakhiri, bodoh sekali puan ini, dua tahun menyulam cerita tanpa mau diberi sebuah kepastian, bodoh sekali. namanya juga kisah cinta manusia, terlalu lama tenggelam sampai lupa kalau ia sedang kehabisan nafas. 

Rabu, 25 Agustus 2021

aku berterimakasih pada hujan sore kemarin

ribuan air Tuhan turun dengan seksama

aku sibuk memperhatikanmu dari sudut mataku

disesap kopinya penuh nikmat

kurasa kopiku tak lagi pahit 

entahlah, gula mana yang membuatnya manis

pukul tiga tepat kau membuka suara

bercengkrama, bertukar rasa,

kemudian ku bertanya

kau ini tempat singgah untuk menetap atau hanya lewat?

 halo, salam kenal

perkenalkan aku si pecandu sastra, dikecup aksara sekujur tubuh, dibasuh perih disetiap rubuh. banyak yang ingin disampaikan, bait bait sastra nirmakna yang siap berlabuh, rindu dikemas tanpa disentuh, kemudian seluruh rasa menjadi runtuh.

7 hari kematian

1. senin, kami serukan tanda perlawanan penuh antusias 2. selasa, resah suara kami tak pernah dibalas 3. rabu, pelan-pelan hak kami dirampas...