Jumat, 14 Oktober 2022

Malang

 sudah pertengahan kepala dua

baru kemarin menginjakan kaki dikota ini sepertinya

ternyata waktu cepat sekali berlalu ya

ikhlas bukan perkara mudah rupanya

urusanku sudah usai semestinya

namun kaki ku enggan bergerak dari tempatnya

kota ini pemberi luka sekaligus penyeka luka

bagaimana bisa kutinggalkan secara cuma cuma

gemuruh rasanya sesak di dada

hujan bulan desember sebagai penanda

kutemukan kamu lalu ditinggalkan begitu saja

tak apa

bukan kah ini sebagian dari isi cerita

aku tidak tahu lagi, magis apa yang kota ini punya

nanti kudatangi lagi pada waktunya

menyusuri ijen dipagi hari, mampir sebentar di dua legenda

kemudian sore nya, menyusuri sudimoro dengan seksama

tak lupa malamnya makan lalapan favorit kita berdua

menyenangkan kelihatannya

menyesakan dikemudian harinya

pada akhirnya

pamit adalah jalan terakhirnya

tak usah khawatir, tunggu sebentar saja

untuk merindukan tak butuh waktu lama sepertinya

dengan ini, dengan berat hati, aku harus pergi rupanya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

7 hari kematian

1. senin, kami serukan tanda perlawanan penuh antusias 2. selasa, resah suara kami tak pernah dibalas 3. rabu, pelan-pelan hak kami dirampas...