Jumat, 14 Oktober 2022

Malang

 sudah pertengahan kepala dua

baru kemarin menginjakan kaki dikota ini sepertinya

ternyata waktu cepat sekali berlalu ya

ikhlas bukan perkara mudah rupanya

urusanku sudah usai semestinya

namun kaki ku enggan bergerak dari tempatnya

kota ini pemberi luka sekaligus penyeka luka

bagaimana bisa kutinggalkan secara cuma cuma

gemuruh rasanya sesak di dada

hujan bulan desember sebagai penanda

kutemukan kamu lalu ditinggalkan begitu saja

tak apa

bukan kah ini sebagian dari isi cerita

aku tidak tahu lagi, magis apa yang kota ini punya

nanti kudatangi lagi pada waktunya

menyusuri ijen dipagi hari, mampir sebentar di dua legenda

kemudian sore nya, menyusuri sudimoro dengan seksama

tak lupa malamnya makan lalapan favorit kita berdua

menyenangkan kelihatannya

menyesakan dikemudian harinya

pada akhirnya

pamit adalah jalan terakhirnya

tak usah khawatir, tunggu sebentar saja

untuk merindukan tak butuh waktu lama sepertinya

dengan ini, dengan berat hati, aku harus pergi rupanya


perayu tak pandai merayu

memelukmu lebih lama atau melihat senyum mu lebih lama

dua hal yang tak bisa dilaksanakan satu waktu


perkenalkan, dia si perayu yang tak pandai merayu.

kutemukan dia disudut kota tua,

dengan kamera analog menggantung disaku nya.

mata nya bertemu sapa, yang kemudian menyiratkan sebuah pertanda

"sendiri saja?tidak membawa payung?"

sebuah percakapan singkat satu tahun lalu

iya, perkenalkan dia si perayu yang tak pandai merayu

si penyair yang tak pandai menulis sebuah syair

di mulutnya tak pernah keluar sumpah serapah

ya, benar yang keluar hanya sebuah rayuan.

tak pernah diucapkan nya sebuah kalimat ;

"aku sudah bosan dengan kita"

"kamu ga cocok dandan gitu"

"kok kamu jerawatan"

"cewe disana cantik ya"

"kamu gendutan ya?"

"kamu kalo makan jangan banyak-banyak, dikurangin dong"

"dih apaan sih"

"makanya mikir, punya otak kan"

"kamu pergi sendiri ajalah aku mager"

benar seperti judulnya, si perayu yang tak pandai merayu

justru aku yang selalu berkutat sendiri dengan pikiranku

menurut dia aku sudah cukup cantik,  cukup menyenangkan, cukup pintar, cukup dalam segala hal.

lantas kutanyakan pada dia mengapa cukup?

jawabnya "sebab yang kita butuh itu hanya kata cukup, sesuatu yang berlebihan justru tidak baik"

kurasa sudah cukup mengenalkan si perayu ini, nanti ku kenalkan lagi ya yang lebih panjang,



7 hari kematian

1. senin, kami serukan tanda perlawanan penuh antusias 2. selasa, resah suara kami tak pernah dibalas 3. rabu, pelan-pelan hak kami dirampas...