Jumat, 29 Agustus 2025

7 hari kematian

1. senin, kami serukan tanda perlawanan penuh antusias

2. selasa, resah suara kami tak pernah dibalas

3. rabu, pelan-pelan hak kami dirampas dan ditindas

4. kamis, demi popularitas kami kau lindas sampai tewas

5. jumat, suara kami dibungkam dengan bringas

6. sabtu, negara kami tak pernah puas tak pernah waras

7. dan minggu, sila kelima Pancasila habis digilas


Rabu, 11 Juni 2025

tuan.

di bibir pantai aku bersiul meramu namamu
di bibir dermaga aku berseru mengacau doamu
kemarilah
duduk diatas pangkuanku
dilucuti kainmu seperti sebuah senjata ramping
Tuan, jelmaanmu hadir seperti bahasa asing
sukar dipahami, tak sanggup dimengerti
semua lekuk tubuhmu membuatku pusing
akal pikiranmu binal penuh bising
apa yang salah tuan?
ingin seperti tak ingin
bak meneguk segelas abidin

Sabtu, 26 April 2025

toko buku

matahari satu jengkal diatas kepala

pertemuan pertama di toko buku

matamu teduh, aromamu seperti buku baru

aku suka tenggelam dalam isi pikiran mu

seakan kbbi, penuh kata kata baru 


larut malam, ada suara motor didepan motel

penjaga toko buku rupanya

aromanya sudah bukan buku baru

manis, wangi citrus

dipersilahkan duduk di teras dalam

sibuk membaca tulisan tulisan

lewat pukul dua

kubiarkan pulang

tapi tak lupa

kunikmati wangi citrus dan gumpalan senyum kenyal


Senin, 17 Maret 2025

berbukalah

tanganya basah
berderai puisi puisi cinta

hari ini aku mengajukan cuti
menulis puisi
sebab, puasa masih tiga belas hari lagi

muak rasanya berbuka hanya dengan sebutir kenari
atau bahkan nasi yang dikecapi

semuanya sudah kusiapi
takjil berupa buah leci
dan sepiring canneloni
mana yang ingin kau cicipi?

aku hanya tinggal menunggu waktu kosongmu
di akhir pekan? atau di awal bulan?

jika kau tidak berkenan dengan dua menu itu
maka mari ku beri pilihan

bilah dadaku atau aroma tubuhku?
berbukalah, kenyang dan pulas tanpa alas

Kamis, 07 November 2024

dasar sinting

karangan karangan bunga itu mati
sari sari nya hidup di bibirmu
kuncup kuncup sungguh ingin di kecup

sepuluh
sembilan
delapan
tujuh
enam
lima
empat
tiga
dua
satu

aku ingin belajar menghitung mundur
supaya dalam cuplikan cuplikan puisimu aku tak tidur

seperti puisi cinta menurut mutia sukma
aku ingin mencintaimu tidak lebih dari angka 12 yang ada pada jam dinding

ting ting ting jam berdenting
mimpinya sudah seperti orang sinting
mulutnya mengoceh bising
ingin ku kecup namun sudah asing
sekarang tinggal duduk berselimut hening
menjalani hidup masing masing

profesi mana yang harus ku pilih

begini begini

jika koki tugas nya memasak satu hidangan
penjahit tugas nya merajut benang anyaman 
tukang koran tugas nya mengantar koran
dan nahkoda tugas nya mengendarai kapal supaya tak karam

maka biarkan aku menjalankan tugasku

memasak hidangan sederhana dibumbui rindu
menjahit puisi puisi yang sudah berdebu

yang kemudian, 
mengantarkan mu kedepan perapian
mengendarai tubuhmu yang penuh peluh sendirian
pelan pelan
sampai decit kasurnya berirama keenakan

Minggu, 03 November 2024

?

menurutmu mana yang lebih dingin,
kopi sisa semalam
atau
pesan "iya" terakhir mu?

kopi yang kau berikan masih ada di dalam kulkas
posisinya tetap, tak berubah
enggan diteguk

terlihat manis tak ada rasa getir

namun sayang, 
yang lebih ingin ku nikmati bukan segelas kopi

aku ingin menikmati ruam ruam nafsu yang sempat kau sampaikan
yang derasnya mengalahi hujan
yang lembutnya mengalahkan ciuman

kemarilah
rebah diatas bilah dadaku
ku biarkan kau bermain prosotan di lekuk tubuhku
nikmati mana yang kau mau..

7 hari kematian

1. senin, kami serukan tanda perlawanan penuh antusias 2. selasa, resah suara kami tak pernah dibalas 3. rabu, pelan-pelan hak kami dirampas...