sakitku rupanya butuh pulang
sedang namanmu sebatas ingatan
apakah pelukanku kurang rindang?
sampai kau memilih tak pernah pulang?
bunga pemberianmu masih kusimpan rapi penuh usang
dalam gumamnya tak bertuan
lantas mengapa tak dibuang?
hanya anyelir kering itu yang mengingatkan
tentang artinya sebuah pertemuan
jarak kita terlalu panjang
mengorbankan waktu untuk begadang
bertemu diujung peron pukul sembilan
bertemu malam malam bak pecundang
tapi hanya itu waktu yang bisa diberikan
sedang siang malam bekerja banting tulang
melamun melihat kucing pergi sepasang
lantas soal kita kapan ada titik terang?
terlalu asik mengikuti kata dalang
sampai lupa perkenalan kita sudah usang?
aku sudah bisa menyebutmu seorang pemenang
perihal permainan perasaan.