'aku tidak akan pernah melarangmu jika pada akhirnya kau menemukan seseorang yang jauh mengerti kamu, sebab sampai saat ini aku belum menjadi bagian besar dalam hidupmu. anggap saja aku ini orang baik yang singgah sekejap namun tidak ditakdirkan bersama.'
berusaha melupakan itu hal yang wajar kan tam?
saling merindukan juga hal yang manusiawi
merelakan dan mengihklaskan itu suatu keharusan tam
aku tau tam
engga semua hati harus punya rasa yang sama,
mungkin ketika aku menyayangimu, kau tidak
aku tidak bisa menolak tam, kamu yang paling mengerti sejauh ini.
Astama, sejauh ini memori itu menusuk menancap seisi pikiran. Ingin rasanya aku dihanyutkan.
beberapa tahun berlalu, saat ini aku sibuk bekerja sebagai budak korporat. Setelah lama tidak menginjakan kaki di Kota Bandung pada akhrinya hari ini ku hirup penuh sesak udara Kota ini. Menahan tangis sesak di dada, memori tentang astama terekam jelas. Urusanku di Bandung seminggu ini sedang mengikuti bos besar untuk bertemu client. Kurasa kalian bisa menebak siapa yang kutemui selanjutnya disini. Ya, benar. Astama, client itu astama. Entah urusan Tuhan mana lagi yang sedang bekerja ini.
sudah tak perlu penjelasan panjang kali lebar, singkatnya kami berbicara empat mata.
'yaopo kabarmu?'
jelas selalu dengan logat jawa nya yang kental
'seperti yang kau lihat, tidak kurang sedikit pun, kamu?'
'ga sebaik pas mbe kamu'
ucapannya membuatku mendongak, ada ada saja makhluk Tuhan satu ini. Banyak obrolan yang tercipta sore itu dari a sampai z semuanya kita bahas, sampai pada akhrinya dia bertanya
'yaopo kamu, udah ada pasangan?ada yang bisa jauh lebih ngerti dari aku?'
'belum, baru saja putus lima bulan lalu, kamu sendiri?'
'alhamdulillah sudah ada, jalan dua tahun'
entah rasa sesak dari mana ini datangnya, mata berkaca penuh tanya. Reflek memang mengangguk saja, mau bagaimana lagi?bertahun-tahun aku tidak paham apa yang ada di pikiran astama, entah rasa apa yang sedang dia tahan, mohon pahami sedikit tam, aku ini bukan dukun yang tau isi hati.
tak ada waktu lama untuk bercengkrama tentang masing-masing dari kita, janjinya, Ia akan ke jakarta di akhir pekan, itupun jika punya banyak waktu senggang. Jangan ditanya, kekasihnya ada di Malang, tidak di Bandung pun tidak di Jakarta, ya benar teman kampusnya dulu.
Tiga bulan komunikasi kita semakin rekat sudah seperti permen karet baru dikunyah saja. Perhatian nya tak sedikitpun berubah termasuk ingatan dia. Dengan Astama aku banyak tertawanya. Hanya saja, yang kutakutkan, aku menaruh hati padanya. Tidak tidak, kami ini sebatas teman, Astama pun ada hati yang harus dia jaga.
namun semua terpatahkan,
-